Senin, 08 Desember 2014

Projek Semester I (Prakarya dan Kewirausahaan)



MAKALAH PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
PASIFIK
(Pesona Seni Fashion Batik)



 

 
                                                                                                                
DISUSUN OLEH :
FADILLAH HANA HAFIFAH
NUR ANNISA JAYANINGSIH
VIRA MUSTIKA SATYA IRADA




SMA NEGERI 10 SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
2014










BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, batik mulai tidak terhiraukan lagi. Contohnya, pada zaman dahulu para tertua masih memakai unsur batik pada pakaian atau hal lainnya. Namun sekarang dapat kita lihat, budaya barat mulai menelan budaya bangsa ini. Banyak masyarakat dari kita malah ikut terlena dalam budaya barat. Maka dari itu kami sebagai pelajar Indonesia akan terus berusaha melestarikan unsur-unsur batik. Kami akan membuat suatu prakarya yang mungkin sudah sering dibuat namun jarang dipakai di keseharian. Dengan menjadikan batik sebagai pakaian yang lebih modis di kalangan para pelajar maupun guru atau seluruh lapisan masyarakat.

  1. Tujuan
Mengeksistensikan unsur batik Indonesia pada lingkup internasional adalah tujuan utama kami dalam pengerjaan prakarya ini. Dengan prakarya ini, kami mengharapkan agar nilai-nilai kebaikan pada suatu unsur batik dapat tersampaikan lagi. Tidak dengan cara mempelajari sebuah teori belaka, namun dengan mengaplikasikannya langsung, secara nyata tanpa ada sebuah penundaan. Tentunya kami juga ingin budaya batik bangsa ini semakin dikenal oleh dunia, bahkan hingga mendapat sebuah penghargaan dari negara lain.

  1. Manfaat
Tentunya ada berbagai macam manfaat dari prakarya yang dibuat ini. Salah satunya adalah untuk menambah wawasan mengenai batik dan untuk memenuhi kebutuhan sandang yang dapat melindungi tubuh. Kita juga ingin nilai-nilai kebaikan pada unsur lekukan batik ini sampai ke nurani di seluruh lapisan masyarakat. Kami juga akan merasa senang jika nantinya masyarakat yang melihat karya kami, telah berhasil memetik makna dibalik unsur batik ini.
















BAB II
CARA KERJA

  1. Alat dan Bahan
Bahan:
1. Kain Batik
2. Kain Polos

Alat:
1. Mesin jahit
2. Jarum
3. Benang
4. Gunting
5. Pensil
6. Meteran pakaian
7. Kertas (desain pakaian)

  1. Langkah-Langkah:
1. Mendesain pakaian
2. Membeli kain batik dan kain polos
3. Memberikannya pada penjahit
4. Selesai

  1. Kendala dan Hambatan
Kenadala dan hambatan kami terletak pada unsur desain, biaya dan penjahit, sehingga kami harus terjun langsung untuk mencari referensi-referensi yang tidak merugikan salah satu pihak.
Terutama pada proses mendesain, itu sangatlah tidak mudah bagi kami. Kami harus memadukan inspirasi masing-masing agar dapat menjadi tiga desain yang memiliki sentuhan estetis. Dalam proses ini referensi juga sangat membantu, namun dari referensi-referensi tersebut kami harus membongkar ulang atau menambah ulang agar tidak ada unsur menyalin karya orang lain.
Kami pun harus membagi waktu dalam pembuatan prakarya ini, mendiskusikan dengan teman sekelompok, mencari ide atau inspirasi yang mungkin belum ditemukan. Kami juga memodifikasikan serta memadukan beberapa unsur dari beberapa referensi lain. Tentu waktu adalah faktor utama yang harus kami perhatikan dalam proses pembuatan prakarya kami.
Adanya perselisihan pendapat, rasa malas, amarah, serta individualisme semua seakan ikut beriringan dengan proses prakarya kami. Namun dengan usaha keras kami, akhirnya semua dapat kami lalui bersama. Adanya hal tersebut yang membuat kami dapat berpikir lebih dewasa, mental yang juga terlatih.

  1. Tempat dan Waktu
Kami bertempat tidak tetap atau bisa dibilang berpindah-pindah. Hal itu kami lakukan agar prakarya kami tidak hanya sebuah prakarya tugas. Namun dapat menghasilkan senyuman bangga dari orang yang melihat prakarya kami tersebut. Biasanya saat berdiskusi, kami lakukan disekolah. Namun saat memulai proses, kami mulai dari pencarian kain batik di beberapa toko atau bahkan kain perca batik dari penjahit.
Setelah mendapatkan kain, kami langsung membawanya ke penjahit. Disana kami menjahitkan kain yang telah kami desain sebelumnya. Waktu yang terpakai cukup lama. Mungkin memerlukan waktu sekitar kurang lebih seminggu pada proses penjahitan. Hal itu dikarenakan desain yang lumayan rumit serta banyaknya konsumen lain yang telah lebih dulu menjahitkan pakaian pada penjahit tersebut.
















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil
Dilihat dari hasil praktikum secara langsung, kami dapat mengetahui bahwa suatu kreasi karya akan tetap indah jika dipadukan dengan motif kain batik. Batik disini tidak hanya sebagai penambah bagian pinggiran saja, atau bahkan ada yang hanya sebagai bros penghias. Batik disini kami buat menjadi semenarik mungkin. Hingga motif kain batik itu sendiri telah memiliki nilai estetis. Dengan adanya prakarya kami ini, tentu tidak menurunkan minat para pemakai motif kain batik dan bahkan dapat mengundang berbagai lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi juga. Motif kain bartik bukan hanya motif yang dikenal kuno, kolot dan lain sebagainya. Melainkan sebagai penambah keindahan, terlebih bagi pemakainya.


  1. Pembahasan
Sejarah Batik Kalimantan
Pada pempuatan prakarya kami ini, kami menggunakan motif kain Batik Kalimantan. Berdasarkan sejarahnya yang mengatakan bahwa Batik Kalimantan pertama kali dibuat tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu. Menjelang akhir tapanya, rakit tersebut tiba di daerah Rantau Kota Bagantung. Tiba-tiba, dari seonggok buih di hadapannya, terdengar suara seorang wanita. Wanita yang kemudian dipastikan sebagai Putri Junjung Buih, yang kelak menjadi Raja di Banua ini.
Namun, sang Putri baru akan muncul ke permukaan jika syarat-syarat yang diminta dipenuhi yaitu sebuah Istana Batung beserta dengan kain yang harus selesai dibuat dalam satu hari. Kain itu pun bukan kain sembarangan melainkan kain yang ditenun dan dicalap (diwarnai) oleh 40 orang putri dengan motif wadi atau padiwaringin. Dari situlah Kain Calapan/Sasirangan atau Batik Kalimantan pertama kali dibuat.

Bahan-bahan Pembuat Batik Kalimantan

Bahan utama Batik Kalimantan yang banyak digunakan adalah kain dari serat kapas (katun). Karena, pembuatan kain celup ikat masih sejalan dengan proses celup rintang lainnya seperti halnya batik dan tekstil adat. Saat ini, pengembangan bahan baku sudah cukup meningkat dengan penganekaragaman bahan baku non kapas; seperti polyester, rayon, sutera, dan lain-lain.

Corak atau Motif Batik Kalimantan             

Corak atau motif batik Kalimantan diperoleh dari teknik penjahitan dan ikatan, yang ditentukan oleh beberapa faktor. Selain dari komposisi warna dan efek yang timbul, juga dari jenis benang atau jenis bahan pengikat.
Dengan mengkombinasikan motif dan corak asli yang satu dengan yang lainnya, maka Sasirangan makin menarik dan kelihatan modern. Selain itu, motif-motif tersebut dimodifikasi oleh para pengrajin, sehingga dapat menciptakan motif yang sangat indah dan modern namun tidak meninggalkan ciri khasnya.












BAB IV
PENUTUPAN

  1. Kesimpulan
Berdasarkan tahapan atau proses yang telah kami lalui, terdapat banyak sisi-sisi positif yang dapat kita ambil. Perjalanan pembuatan prakarya yang tidak sebentar ini membantu kita mengajarkan pada kesabaran. Dengan rasa sabar kita pasti dapat mencapai tujuan kita dengan lancar. Begitu juga dengan ajaran mental yang mengharuskan kita kuat dalam melangkah dari tahap pertama sampai ke tahap selanjutnya.
Melalui pembuatan prakarya inilah kita dapat belajar, bagaimana susahnya, bagaimana rumitnya saat seseorang membuat sebuah karya. Maka dari itu alangkah baiknya kita menghargai karya siapa pun. Dengan cara tidak menjiplaknya atau mengambil alih nama pembuatnya.
Mencapai suatu tujuan atau impian tidak hanya memerlukan tenaga serta bayangan saja. Melainkan sebuah usaha yang maksimal serta diiringi dengan doa secara terus menerus.

  1. Saran
Dalam pembuatan prakarya dalam bentuk apa pun itu, alangkah baiknya jika kita memulainya dengan diskusi (jika berkelompok). Karena dengan hasil diskusi itu tentu kita dapat mengetahui dimana letak kekurangan prakarya yang kita buat dan hasilnya juga dapat lebih memuaskan. Suatu prakarya akan bernilai, jika kita membuatnya sendiri tanpa hasil salinan dari karya orang lain. Jadi, banggalah dengan karyamu!






Daftar Pustaka





Lirik Lagu Daerah - Belang Hatta, Balarut di Sungai Mahakam dan Nasi Bekepor




BELANG HATTA
Cipt: Iwan Setiawan

Odahku rendah..
Samalah rendah..
Tepi mahakam..
Samalah rendah..

Odahku tuju belah mahakam samarendah jaya
Kesahlah urang pertahan adat..

Odahku tuju belah mahakam samarendah jaya
Tenonlah tapeh..
Tapeh seberang ku rasok adat

* Hanyut sampanku hinggalah ke tepian
Riak gulung gelombang kilaunya terang..

Tenonlah ikat sarongku persembahkan
Tanda cinta tersemat urang seberang

Belanglah Hatta tenonku sampaiakan
Mogalah Tuan kembali datang.. (2x)

Kembali ke (*)

Tenonlah silang benang ku pilin silang
Pilinlah merah kupadu silang hitam

Tandalah cinta terlukis dalam benang
Lukisan wajah terindah benua etam

Ku tunggu Tuan datang kembali pulang
Hingga nanti kilaunya temaram.. (2x)

Haa.. Haa..
Hoo. Hoo..


BALARUT DI SUNGAI MAHAKAM
Cipt: H. Ismed Rizal

Gangan lah labu tontong bengkela’
Sanga cabe’ salai pedas rasanya

Jero’ tegaron pucuk sawinya
Sambal lah kacang nyaman rasanya

* Gede’ gede’ sida embo’ sida busu
 Ase’ lah makan mandi’ tahu-tahu

* Apalagi nasinya si beras baru
 Bentuha’ lalu mandi’ di imbu

Gangan lah terong bebawang hutan
Tontonglah koto’ si gence ruan

Panggang jelawat banyak lemaknya
Pirik lah cabe pedas rasanya

Kembali ke (*)

Itu makanan etam di kutai
Nyaman di makan sesudah bejohor

Amunlah adat etam di kutai
Habis berega’ terus behonjor

Kembali ke (*) 3x



NASI BEKEPOR
Cipt: Drs. Djuriansyah, SE


Sungai mahakam
Memecah buih
Basinar putih
Diayun angin puhun rumbia

Perahu tambangan
Balarut banyu
Membawa urang
Basinggah-singgah di jembatan

Dari hulu sungai mahakam
Tambangan bawa hasel bumi
Batu bara wan batang kayu

Matan jaman mulawarman
Tambangan balarut sini

Kada’ heran balarut di sungai mahakam.. 2x

*mengulang

Mahakam..
Mahakam..







sumber: video lagu daerah dari guru mapel seni budaya (Pak Iwan Setiawan)